Halaman

Senin, 04 Maret 2013

Menjaga IZZAh LILLAH


IZZAH LILLAH !
 
IZZAH adalah sebuah harga diri yang mulia dan agung. Harus ada menghiasi setiap relung jiwa seorang muslim. Jiwa-jiwa yang tidak direndahkan oleh dunia. Kakinya masih menjejak bumi tetapi hatinya menggantung di langit sana. Agung, tinggi, mulia. Tak ada yang bisa membelinya. Semuanya dilihat dari sudut langit bukan hanya dari lorong-lorong bumi.
Izzah menjaga diri
dari perbuatan remeh yang tidak bermakna. Mungkin tidak haram, tetapi ada imej yang sedang dipertaruhkan. Memang tidak sampai mungkar, tetapi ada musuh yang sedang menunggu terperosoknya kaki dalam jebakan yang telah dipasang.
Hanya dengan izzah yang membuat agama ini mempunyai izzah. Bahkan membuat musuh harus menggeleng kepala, berdecak kagum, kehabisan akal dan amunisi untuk mencabutnya dari hati seorang muslim.
Shahabat muda. Masih muda dengan segala semangat berapi-api untuk membangun masa depan. Abdullah bin Hudzafah yang ikut dalam aktifitas menghadirkan izzah, yaitu jihad itu tertawan oleh pasukan Romawi.
Tangan dan kaki diikat. Diseret dihadapan raja. Nampak sangat hina dan kalah. Tetapi tetap izzah.
"Masuklah nasrani, aku bebaskan," tawar sang raja yang menyimpan agenda tertentu.
Abdullah menolak.
"Masuklah nasrani aku beri separo kekuasaanku."
Abdullah tetap menolak.
"Masuklah nasrani aku beri separo kekuaaanku dan aku libatkan dalam pemerintahanku."
Abdullah tegas berkata, "Demi Allah, andai saja kau berikan seluruh kekuasaanmu dan kekuasaan nenek moyangmu kepadaku, bahkan seluruh kekuasaan Arab dan non Arab aku tetap tak sudi untuk keluar dari Islam!"
"Kalau begitu kamu akan kubunuh."
"Bunuhlah," jawab Abdullah penuh izzah.
Raja memerintahkan agar Abdullah disalib. Lalu menyuruh pasukan pemanah untuk melepaskan panah ke tubuh Abdullah. Tetapi raja berpesan agar panah itu jangan sampai mengenai tubuh Abdullah. Jelas sekali agenda yang terbaca di balik semua 'kebaikan' sang penguasa itu hingga Abdullah masih tetap 'dipelihara'.
Izzah Abdullah membuat raja kehabisan akal sehingga Abdullah dikembalikan ke penjara. Kali ini tanpa makan dan minum. Hingga ketika lapar melilit dan haus mencekik, datanglah khamar dan daging babi.
Dan inilah kalimat izzah Abdullah pelajaran buat siapapun yang menghalalkan segala cara dalam kehidupan dan perjuangan dengan dalilyang dipaksakan, "Demi Allah aku tahu khamar dan daging babi ini sebenarnya halal bagiku. Tetapi aku tidak ingin orang-orang kafir bersorak gembira karenanya."
Hidangan halal itu tidak disentuhnya. Sama sekali.
Benar demi Allah, Abdullah bin Hudzafah sudah boleh memakan dan meminumnya karena darurat. Tetapi inilah jiwa agung pembawa peradaban itu. Pengibar panji agama izzah itu. Ada musuh Allah yang menjadi pertimbangan. Jangan sampai agama Allah ditertawakan oleh mereka karena ulah kita sendiri.
Yang halal dijaga. Yang syubhat dijauhi. Apalagi yang haram.
 Bukan pesta pora dengan yang halal. Yang syubhat belumjatuh ke haram. Yang haram dilegitimasi dalil hingga jadi fatal. Bukan!
Izzah ini memang hanya milik Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih